Halaman

Senin, 08 Desember 2014

PERTEMUAN DELAPAN SEKAWAN


7Segment
Logo 7Segment

Di sore hari yang cerah disinari sinar mentari yang sudah ingin kembali ke peraduannya namun masih ingin menemani orang-orang yang sibuk dengan urusan hidup mereka sungguh terasa hangat sekali suasana pada saat itu. Aku yang sedang terduduk menatap ke luar jendela di sebuah masjid yang tidak begitu besar ukurannya namun tempat ini sudah sangat memberikanku kenangan yang tak terlupakan. 
Selesai solat ashar, aku melipat mukenah namun sejenak menerawang ke luar jendela yang berada di sis sebelah kananku. Terlihat pemandangan pegunungan yang menawan walaupun hanya sebatas jendela yang ku tatap. Pemandangan langit biru yang cukup membuat batin ini merasakan lagi kerinduan berkumpul bersama orang-orang yang sempat memberikan arti dalam hidupku.
Maskam Kampus Ungu
Favorite Corner di Maskam Kampus ungu
Di masjid ini yang merupakan masjid kampus di sebuah kampus swasta yang biasa dijuluki denga sebutan kampus ungu, berada di daerah kota Jogjakarta. Kampus yang tidak terlalu luas dan mewah namun cukup mempunyai keunikan dimana tiap sudut mata memandang, selalu akan menemukan warna ungu di antara gedung-gedungnya yang berdiri menawan walau tidak terlalu tinggi namun cukup memberikan kehangatan. Masjid yang terletak di lantai teratas lantai 4, membutuhkan ekstra tenaga untuk mencapainya tapi semua akan terbayar dengan pemandangan yang paling indah yang ada di gedung itu.

Genk 7Segment
Foto Personil 8 Sekawan
Teringat 5 tahun lalu dimana pertama kalinya aku menyandang status mahasiswa, setelah jam perkuliahan berakhir aku mencari suatu tempat untuk hanya sekedar duduk beristirahat. Disaat yang sama terdengar adzan dzuhur berkumandang di senatero kampus, kemudian aku mencari tempat dari asal suara kumandang adzan tersebut sekaligus untuk menunaikan kewajibanku. Sebenarnya aku tidak sendiri, bersama beberapa teman sekelasku yang juga bertujuan yang sama yaitu mencari asal dari suara adzan yang berkumandang tersebut. Aku, dan dua orang temanku Adinda dan Riris. Kami bertiga sepakat untuk langsung menuju ke suatu masjid yang berada di kampus tersebut, dimana lokasinya tidak terlalu jauh dan berada satu lantai dengan kelas yang barusan selesai kami ikuti. Masjid yang biasa namun mempunyai pemandangan yang luar biasa.
Sampailah kami di suatu ruang yang tidak terlalu besar namun tidak bisa dibilang kecil juga, berukuran sekitar 13 meter persegi. Terlihat banyak orang yang sudah berdesarkan berbondong-bondong ingin menunaikan kewajiban para umat muslim yaitu sholat. Kami mulai menerobos keramaian pada saat itu dan mencari tempat khusus untuk muslimah. Terlihat bagian ruangan lain yang lebih kecil yang hanya dibatasi oleh kain sutrah hijau. Kami langsung masuk ke dalamnya dan mencari area yang cukup nyaman untuk bisa bersandar dan melepaskan segala kelelahan sejenak setelah setengah hari menjejali otak kami dengan ilmu-ilmu baru. Terlihat mahasiswi lainnya yang sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri, ada yang sedang antri ke tempat untuk berwudu, mencari mukena bersiap-siap sholat, atau hanya sekedar duduk beristirahat sambil berbincang-bincang ringan. Seru sekali keadaan seperti itu untuk pertama kalinya buatku. Di awal tahun ajaran baru kuliah itulah aku mulai mendapatkan teman-teman yang baru, kami terus saling berkenalan satu sama lain dan saling bercerita tentang pengalaman pribadi di jengjang sekolah sebelumnya. Namun kami tidak lupa untuk tujuan awal sebelum menemukan asal tempat berkumandangnya adzan dzuhur siang itu. Kami langsung bergegas mengambil air wudhu lalu bersiap-siap menunaikan sholat berjamaah.
Selesainya kami sholat, kami kembali pada aktifitas ringan yang hanya saling berbincang dan sekedar berkenalan. Kemudian tak selang berapa waktu beberapa mahasiswi lain mendekati kami,ada 5 orang jumlahnya Saga, Ismi, Richi, Ela, dan Evi. Mereka terlihat begitu ceria dan tanpa sungkan lagi berkenalan dengan kami bertiga. Terjadilah pembicaraan yang sangat menarik dan mengasyikan pada saat itu. Masing-masing dari kami bercerita tentang hal-hal yang sangat unik yang kemudian dari situlah kami mulai mengenal satu sama lain. Terbesit di hatiku bahwa sepertinya indah sekali mempunyai sahabat yang bersedia untuk saling berbagi walau hanya sekedar cerita.
Teringat ketika beberapa waktu lalu aku masih berada di bangku sekolah berseragam abu-abu putih bersama teman yang mengaku bersahabat denganku. Setelah mengalami kejadian yang sangat menyakitkan waktu itu bagiku dimana seorang teman yang mengaku sahabatku Wiwi namanya menghianatiku dengan berpihak pada kelompok anak-anak di kelas yang mengucilkanku karena pada saat ujian akhir nasional yang sering disingkat UAN, aku tidak bersedia memberikan contekan pada seorang teman dari kelompok mereka. Di ruangan terbuka di sebelah lapangan basket sekolah, mereka mengerumuniku dan mengadiliku. Meneriakiku dengan sinis dengan tuduhan tidak punya belas kasih terhadap teman sendiri. Aku saat itu hanya terdiam terpaku, sedih dalam hati sambil sesekali menatap Wiwi dengan terheran-heran karena tidak ku sangka sama sekali sorang sahabtku itu bisa setega itu. Wiwi hanya membuang muka bahkan tidak sedikitpun membelaku atau hanya sekedar berpihak padaku. Teman-teman di kelas sempat mengucilkanku membenciku dan mengeluarkan sindiran-sindiran sinis namun aku hanya bisa terdiam. Aku menanam pikiran bahwa tidak ada yang namanya sahabat sejati dan aku tidak akan pernah percaya bahkan pada semua temanku nantinya.
Di masjid itu, kami terduduk melingkar saling bersenda gurau, tertawa kecil sampai waktu istirahatpun berakhir dan kami pun mulai kembali mencari kelas-kelas yang harus kami ikuti. Keriuhan siang itu sangatlah menyenangkan buatku, sebentar dan singkat namun cukup menyegarkan pikiran sehingga bisa bersiap kemabali menjejalkan ilmu-ilmu baru lainnya di sesi perkuliahan yang akan kami ikuti selanjutnya. Dalam hati aku sempat berdoa “Oh Tuhanku yang sangat baik.. Kalau memang tempat ini adalah tempat terbaik yang engkau takdirkan untuku, berilah aku teman-teman yang baik saja ”.
Sesekali kami saling bertemu dikala jam istirahat perkuliahan hanya untuk menyapa ataupun menanyakan kabar. Kadang kala kami membahas mengenai tugas-tugas perkuliahan yang diberikan dikelas. Aku masih merasa bahwa mereka belum lah tentu teman yang baik sehingga aku selalu menolak untuk diajak berdiskusi soal mata kuliah pelajaran dan hanya berusaha menyelesaikan tugas yang ada tanpa mau berdiskusi dengan mereka. Beberapa kali aku selalu menolak untuk melakukan diskusi karena buatku itu hanya akan merugikan karena ku fikir mereka hanya akan memanfaatkanku.
Hingga pada suatu hari, aku merasa kurang enak badan sehingga tidak bisa masuk mengikuti perkuliahan. Aku berbaring sendiri di kamar kos berukuran 3x3 m yang bertempat di belakang kampusku, dekat sekali jaraknya. Sambil berbaring, aku teringat canda tawa kami di masjid yang sering kami lakukan di sela-sela istirahat maupun sela-sela waktu sholat. Ingin sedih rasanya kalo berfikir ternyata sakit pun harus sendirian. Rindu punya teman yang bahkan dikala sakit pun ada yang mau perduli.
Tiba-tiba terdengar suara ibu kos memanggilku dari luar pintu
Pit.. ada temen-temen kamu lho ndok yang nyari kamu...
Dengan badan lemas aku membuka pintu
Siapa ya bu?..”
“Ibu ndak tau ndok.. ada sekitar 7 orang gadis di ruang tamu.. cepetan ditemui ya..”
Aku penasaran, baru kali itu ada orang-orang yang mengaku temanku dan menjenguku bahkan jumlahnya ada 7 orang. Langsung saja aku menuju ruang tamu dan dengan kaget hinga terkagum-kagum aku dibuat.
Adinda.. ? kalian? Ada apa kesini...”
Sepontan adinda melontarkan pertanyaan
“Pipit gimana kabar? Kenapa gak masuk kuliah si? Kita khawatir... takut kamu kenapa-napa”
“Kamu sakit? .. Sekarang gimana rasanya?”  Ela pun menimpali pertanyaan.
Aku... aku.. iyaa, agak gak enak badan jadi gak bisa masuk kuliah, tapi besok mungkin sudah bisa baikan lagi kok, mungkin bisa masuk lagi... gak papa”.

Spontan Richi mengeluarkan roti dari bungkusan dan memberikan padaku. Kemudian aku duduk menemani mereka di ruang tamu sambil membuat keriuhan di rumah kos yang ku tempati. Kami kembali bercanda tawa berbincang-bincang mengenai kegiatan sehari di kampus yang sudah mereka lakukan. Aku pun mulai tertawa dan melupakan rasa sakit yang sedang membuat badanku panas naik suhu. Aku masih terheran tak percaya, mereka yang selama ini sering ku tolak ajakannya untuk sekedar diskusi pelajaran saling berbagi ilmu, mereka yang ku fikir hanya akan memanfaatkan aku dan akan membuangku begitu saja jika ada kondisi yang tidak mengenakan.
Adinda, Kenapa kalian mau datang ke tempatku seperti ini? ..
Kita kan sahabat, dan kita juga khawatir sama kamu seharian gak ada kabar...”

Ternyata mereka adalah orang-orang yang sering bertemu denganku di masjid dan menwarkan persahabatan.. ya Alloh Gusti.. Kau kabulkan Do’aku di tempat ini...


                                                            Written by:

                                                               Pipit Sf

                                                    Dedicated to “7Segment”



*Ndok: Panggilan untuk seorang anak perempuan dalam bahasa jawa

*Gusti : Salah satu istilah jawa untuk panggilan Maha(Tuhan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...