Di sore hari yang cerah disinari sinar mentari
yang sudah ingin kembali ke peraduannya namun masih ingin menemani orang-orang
yang sibuk dengan urusan hidup mereka sungguh terasa hangat sekali suasana pada
saat itu. Aku yang sedang terduduk menatap ke luar jendela di sebuah masjid
yang tidak begitu besar ukurannya namun tempat ini sudah sangat memberikanku
kenangan yang tak terlupakan.
Selesai solat ashar, aku melipat mukenah namun
sejenak menerawang ke luar jendela yang berada di sis sebelah kananku. Terlihat
pemandangan pegunungan yang menawan walaupun hanya sebatas jendela yang ku
tatap. Pemandangan langit biru yang cukup membuat batin ini merasakan lagi
kerinduan berkumpul bersama orang-orang yang sempat memberikan arti dalam hidupku.
Favorite Corner di Maskam Kampus ungu |
Di masjid ini yang merupakan masjid kampus di
sebuah kampus swasta yang biasa dijuluki denga sebutan kampus ungu, berada di
daerah kota Jogjakarta. Kampus yang tidak terlalu luas dan mewah namun cukup
mempunyai keunikan dimana tiap sudut mata memandang, selalu akan menemukan
warna ungu di antara gedung-gedungnya yang berdiri menawan walau tidak terlalu
tinggi namun cukup memberikan kehangatan. Masjid yang terletak di lantai
teratas lantai 4, membutuhkan ekstra tenaga untuk mencapainya tapi semua akan
terbayar dengan pemandangan yang paling indah yang ada di gedung itu.
Foto Personil 8 Sekawan |
Teringat 5 tahun lalu dimana pertama kalinya
aku menyandang status mahasiswa, setelah jam perkuliahan berakhir aku mencari
suatu tempat untuk hanya sekedar duduk beristirahat. Disaat yang sama terdengar
adzan dzuhur berkumandang di senatero kampus, kemudian aku mencari tempat dari
asal suara kumandang adzan tersebut sekaligus untuk menunaikan kewajibanku.
Sebenarnya aku tidak sendiri, bersama beberapa teman sekelasku yang juga
bertujuan yang sama yaitu mencari asal dari suara adzan yang berkumandang
tersebut. Aku, dan dua orang temanku Adinda dan Riris. Kami bertiga sepakat
untuk langsung menuju ke suatu masjid yang berada di kampus tersebut, dimana
lokasinya tidak terlalu jauh dan berada satu lantai dengan kelas yang barusan
selesai kami ikuti. Masjid yang biasa namun mempunyai pemandangan yang luar
biasa.
Sampailah kami di suatu ruang yang tidak
terlalu besar namun tidak bisa dibilang kecil juga, berukuran sekitar 13 meter
persegi. Terlihat banyak orang yang sudah berdesarkan berbondong-bondong ingin
menunaikan kewajiban para umat muslim yaitu sholat. Kami mulai menerobos
keramaian pada saat itu dan mencari tempat khusus untuk muslimah. Terlihat
bagian ruangan lain yang lebih kecil yang hanya dibatasi oleh kain sutrah
hijau. Kami langsung masuk ke dalamnya dan mencari area yang cukup nyaman untuk
bisa bersandar dan melepaskan segala kelelahan sejenak setelah setengah hari
menjejali otak kami dengan ilmu-ilmu baru. Terlihat mahasiswi lainnya yang
sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri, ada yang sedang antri ke tempat
untuk berwudu, mencari mukena bersiap-siap sholat, atau hanya sekedar duduk
beristirahat sambil berbincang-bincang ringan. Seru sekali keadaan seperti itu
untuk pertama kalinya buatku. Di awal tahun ajaran baru kuliah itulah aku mulai
mendapatkan teman-teman yang baru, kami terus saling berkenalan satu sama lain
dan saling bercerita tentang pengalaman pribadi di jengjang sekolah sebelumnya.
Namun kami tidak lupa untuk tujuan awal sebelum menemukan asal tempat
berkumandangnya adzan dzuhur siang itu. Kami langsung bergegas mengambil air
wudhu lalu bersiap-siap menunaikan sholat berjamaah.
Selesainya kami sholat, kami kembali pada
aktifitas ringan yang hanya saling berbincang dan sekedar berkenalan. Kemudian
tak selang berapa waktu beberapa mahasiswi lain mendekati kami,ada 5 orang
jumlahnya Saga, Ismi, Richi, Ela, dan Evi. Mereka terlihat begitu ceria dan
tanpa sungkan lagi berkenalan dengan kami bertiga. Terjadilah pembicaraan yang
sangat menarik dan mengasyikan pada saat itu. Masing-masing dari kami bercerita
tentang hal-hal yang sangat unik yang kemudian dari situlah kami mulai mengenal
satu sama lain. Terbesit di hatiku bahwa sepertinya indah sekali mempunyai
sahabat yang bersedia untuk saling berbagi walau hanya sekedar cerita.
Teringat ketika beberapa waktu lalu aku masih
berada di bangku sekolah berseragam abu-abu putih bersama teman yang mengaku
bersahabat denganku. Setelah mengalami kejadian yang sangat menyakitkan waktu
itu bagiku dimana seorang teman yang mengaku sahabatku Wiwi namanya menghianatiku
dengan berpihak pada kelompok anak-anak di kelas yang mengucilkanku karena pada
saat ujian akhir nasional yang sering disingkat UAN, aku tidak bersedia
memberikan contekan pada seorang teman dari kelompok mereka. Di ruangan terbuka
di sebelah lapangan basket sekolah, mereka mengerumuniku dan mengadiliku.
Meneriakiku dengan sinis dengan tuduhan tidak punya belas kasih terhadap teman
sendiri. Aku saat itu hanya terdiam terpaku, sedih dalam hati sambil sesekali
menatap Wiwi dengan terheran-heran karena tidak ku sangka sama sekali sorang
sahabtku itu bisa setega itu. Wiwi hanya membuang muka bahkan tidak sedikitpun
membelaku atau hanya sekedar berpihak padaku. Teman-teman di kelas sempat
mengucilkanku membenciku dan mengeluarkan sindiran-sindiran sinis namun aku
hanya bisa terdiam. Aku menanam pikiran bahwa tidak ada yang namanya sahabat
sejati dan aku tidak akan pernah percaya bahkan pada semua temanku nantinya.
Di masjid itu, kami terduduk melingkar saling
bersenda gurau, tertawa kecil sampai waktu istirahatpun berakhir dan kami pun
mulai kembali mencari kelas-kelas yang harus kami ikuti. Keriuhan siang itu
sangatlah menyenangkan buatku, sebentar dan singkat namun cukup menyegarkan
pikiran sehingga bisa bersiap kemabali menjejalkan ilmu-ilmu baru lainnya di
sesi perkuliahan yang akan kami ikuti selanjutnya. Dalam hati aku sempat berdoa
“Oh Tuhanku yang sangat baik.. Kalau
memang tempat ini adalah tempat terbaik yang engkau takdirkan untuku, berilah
aku teman-teman yang baik saja ”.
Sesekali kami saling bertemu dikala jam
istirahat perkuliahan hanya untuk menyapa ataupun menanyakan kabar. Kadang kala
kami membahas mengenai tugas-tugas perkuliahan yang diberikan dikelas. Aku
masih merasa bahwa mereka belum lah tentu teman yang baik sehingga aku selalu
menolak untuk diajak berdiskusi soal mata kuliah pelajaran dan hanya berusaha
menyelesaikan tugas yang ada tanpa mau berdiskusi dengan mereka. Beberapa kali
aku selalu menolak untuk melakukan diskusi karena buatku itu hanya akan
merugikan karena ku fikir mereka hanya akan memanfaatkanku.
Hingga pada suatu hari, aku merasa kurang
enak badan sehingga tidak bisa masuk mengikuti perkuliahan. Aku berbaring
sendiri di kamar kos berukuran 3x3 m yang bertempat di belakang kampusku, dekat
sekali jaraknya. Sambil berbaring, aku teringat canda tawa kami di masjid yang
sering kami lakukan di sela-sela istirahat maupun sela-sela waktu sholat. Ingin
sedih rasanya kalo berfikir ternyata sakit pun harus sendirian. Rindu punya
teman yang bahkan dikala sakit pun ada yang mau perduli.
Tiba-tiba terdengar suara ibu kos memanggilku
dari luar pintu
“Pit..
ada temen-temen kamu lho ndok yang nyari kamu... ”
Dengan badan lemas aku membuka pintu
“Siapa
ya bu?..”
“Ibu
ndak tau ndok.. ada sekitar 7 orang gadis di ruang tamu.. cepetan ditemui ya..”
Aku penasaran, baru kali itu ada orang-orang
yang mengaku temanku dan menjenguku bahkan jumlahnya ada 7 orang. Langsung saja
aku menuju ruang tamu dan dengan kaget hinga terkagum-kagum aku dibuat.
“Adinda..
? kalian? Ada apa kesini...”
Sepontan adinda melontarkan pertanyaan
“Pipit
gimana kabar? Kenapa gak masuk kuliah si? Kita khawatir... takut kamu
kenapa-napa”
“Kamu
sakit? .. Sekarang gimana rasanya?” Ela pun menimpali pertanyaan.
“Aku... aku.. iyaa, agak gak enak badan jadi gak bisa masuk kuliah, tapi
besok mungkin sudah bisa baikan lagi kok, mungkin bisa masuk lagi... gak papa”.
Spontan Richi mengeluarkan roti dari
bungkusan dan memberikan padaku. Kemudian aku duduk menemani mereka di ruang
tamu sambil membuat keriuhan di rumah kos yang ku tempati. Kami kembali
bercanda tawa berbincang-bincang mengenai kegiatan sehari di kampus yang sudah
mereka lakukan. Aku pun mulai tertawa dan melupakan rasa sakit yang sedang membuat
badanku panas naik suhu. Aku masih terheran tak percaya, mereka yang selama ini
sering ku tolak ajakannya untuk sekedar diskusi pelajaran saling berbagi ilmu,
mereka yang ku fikir hanya akan memanfaatkan aku dan akan membuangku begitu
saja jika ada kondisi yang tidak mengenakan.
“Adinda,
Kenapa kalian mau datang ke tempatku
seperti ini? ..”
“Kita
kan sahabat, dan kita juga khawatir sama kamu seharian gak ada kabar...”
Ternyata mereka adalah orang-orang yang
sering bertemu denganku di masjid dan menwarkan persahabatan.. ya Alloh Gusti.. Kau kabulkan Do’aku di
tempat ini...
Written by:
Pipit Sf
Dedicated to “7Segment”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar